Rabu, 29 Mei 2013

Nasi Oishi, Penganan Praktis Bagi Yang Malas Mencari Makan


Surabaya - Kesibukan terkadang membuat pegawai kantoran menjadi malas makan. Bukan karena tak ingin makan, namun lebih kepada malas untuk mencari makan.

Kalaupun ada makanan, mereka pun terkadang enggan makan dengan alasan sendok dan garpu sebagai ritual makan menganggu kesibukan. Para pegawai kantoran tersebut ingin yang praktis, makan tanpa mengganggu pekerjaan.



Bercermin dari hal itu, Dimas Kiafandi Habibie menciptakan Oishi, nasi kepal yang di dalamnya sudah diisi lauk. Nama Oishi diambil dari bahasa jepang yang artinya 'enak'. Oishi memang mengadopsi onigiri, nasi kepal khas Jepang. Perbedaannya, Onagiri biasanya dibuat menyudut sedangkan Oishi bulat.

Penganan atau yang lebih tepat disebut makanan yang satu ini menjawab keinginan anda yang tidak sempat makan karena alasan malas, terlalu sibu atau tak sempat mampir ke rumah makan.

"Dulu, ibu saya kalau sedang membereskan rumah, suka sekalian nyuapin saya. Disuapi nasi yang dikepal-kepal begitu. Katanya biar praktis.

Dimas memulai usahanya di penghujung tahun 2011. Pria kelahiran Surabaya dua puluh tiga tahun silam ini bahkan rela cuti kuliah untuk sementara demi Oishi.

"Saya membuat nasinya dengan dikepal, lalu didalamnya sekalian saya kasih lauknya. Sekali gigit langsung dapat nasi dan lauk," tambah Dimas.

Karena tak disajikan secara langsung seperti di restoran, Dimas membungkus Oishi dengan bungkus kertas yang biasa digunakan untuk membungkus nasi pada restoran cepat saji. Dan yang terakhir, sebuah selempang diikatkan pada Oishi untuk membedakan lauk.

Untuk harga, pria yang mengaku sudah punya empat karyawan ini mematok harga yang sangat terjangkau. Untuk setiap Oishi, ia menjualnya seharga Rp 5 ribu.

"Ada sejumlah lauk yang kami tawarkan seperti ayam bumbu bali, ayam bakar, ayam saus tiram, kare, dan rendang," lanjut pria yang baru saja menikah ini.

Usaha Dimas tak sia-sia, respon masyarakat ternyata positif. Banyak pegawai kantoran yang memesan Oishi. Pada setiap event atau rapat, Oishi selalu hadir sebagai kudapan yang sehat dan meyenangkan. Dengan Oishi, camilan yang kurang sehat pun tersingkirkan.

"Oishi bertahan lama hingga 9 jam. Makanya banyak yang memesan untuk perjalanan," jelas pria kelahiran Malang ini.

Kini, bisnis Oishi Dimas mulai menampakkan hasil. Setiap bulannya, Dimas mampu meraup omzet puluhan juta. Dengan semakin majunya bisnis Oishi, Dimas berniat mengembangkan usahanya secara nasional, termasuk dengan sistem waralaba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar